Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Guru Itu Bernama Kehidupan

Kepada diri Hidup adalah musim-musim hujan dan kau si anak kecil telanjang kedinginan yang mencari kehangatan di sela-sela perapian. Kau tak tau jika api yang kau kira guru dari segala paham tentang keberanian, bisa menjadi sangat mematikan dengan kobaran menakutkan. Kau tak pernah tau jika sesuatu yang terang-benderang bisa mengantarkan pada luka-luka di sekujur badan. Hidup adalah peta tak bergambar yang memaksamu membaca sedang kau buta aksara, jalan-jalan panjang yang kau jelajah tanpa tau arah memintamu terus mengabaikan rasa lelah, di lain waktu kau kehausan meminta seteguk air si pengelana besar kepala. Kau kehausan di tengah-tengah Sahara, kau kelaparan di lembah tak bernama. Fatagormana tertawa lega setelah membawa asa yang kau kira nyata. Tersesat pun kau tak bisa duga bahkan tujuanmu belum terbaca. Mata angin tak bersuara saat kau tanya di mana barat dan utara. Semuanya diam tanpa bahasa. Hidup adalah aliran sungai di pedalaman sedang kau si pedulang tak bertan...

Perahu Kertas

Aku terlalu perasa sedang hatimu bangkar bagai bata ••• Setelah cukup berani, setelah cukup lama aku menutup hati, tawaranmu membelah dunia bersama kuakui mampu membuatku melupakan sakit-sakit yang belakangan hampir  pulih. Kau tawarkan perahu, Sayang, katamu kita akan melihat samudera dengan mata telanjang. Katamu ikan-ikan itu ikut senang. Katamu langit malam itu penuh bintang. Katamu kita akan pergi ke tempat jauh sejauh-jauhnya harapanku akan berpulang. Kemudian aku percaya sebab di tanganmu terbentang peta-peta lapang, sebab kau bisa membaca angin barat, timur, dan selatan. Tanpa berpikir panjang, kulangkahkan kaki menaiki perahumu dengan harapan akan sampai ke daratan atau setidaknya kita tak mati di perjalanan. Raguku tak terbaca, Sayang. Nyatanya, kau tak beda dari nahkoda yang sebelumnya menghilang. Perjalanan panjang yang kupikir akan penuh kebahagiaan, bertemu orang-orang dan membawa pulang sekantung penuh pujian, hancur bahkan sebelum kesampaian. Yang kau p...

Sosok Hitam Gelap

Jika seseorang menyentilku tentang Ayah, yang kuingat.... Adalah sosok hitam gelap tak berbayang, yang kukenal sebagai pemilik secuil kasih sayang, tempat-tempatku belajar tentang penantian panjang. Di dalam dirinya, aku mengerti bahwa kepergian seseorang tak selalu berujung pada kepulangan. Sosok yang kurindukan saat gelap datang, kala nyanyianku terbang ke langit malam. Bahkan bintang kehabisan alasan untuk membuatku tenang, bulan pun hilang di balik awan, takut kutodong ratusan bahkan ribuan pertanyaan. Lagu bahagia jangkrik di dahan, berganti menjadi melodi kelam. Hujan turun dipenuhi penyesalan, sebab di pipiku ada yang ikut berjatuhan. Di manakah dia, Tuhan? Semuanya diam, kutanya pada si buta bahkan dia lebih dusta dari si bisu di sana. Kutanya pada si tuli, katanya aku terlalu peduli. Salahkah jika aku ingin kebenaran? Jangan! Jangan sekali-kali kau tanamkan kebencian pada anak yang bahkan, mengingat namanya saja ia kesusahan.  Bertahun-tahun aku hidup penuh ...

Mata Ibumu

Di sana bintang-bintang langit malam berjatuhan Kerlipnya bagai candu selalu membuatmu tak ingin berjauhan Tak ingin kau lepas pandang setiap detik, menit, jam, bahkan sebelum ingatan mengajarkanmu melupakan Di sana tergantung harapan yang terapalkan siang malam pada Tuhan agar kelak kau bisa membanggakan Di sana terdapat mata air air mata yang sewaktu-waktu dapat mengalir deras kala merindukanmu yang terkadang lupa akan pulang Mata yang selama ini menyaksikanmu menangis di penghujung hari Meminta belas kasih yang bahkan ayahmu lupa 'tuk ajari Mata yang mengawasimu sambil bersenandung ke langit tinggi kala kau terlelap masuk ke alam mimpi Mimpi yang ia titipkan padamu agar kelak tercapai sebelum kau ingat pulang dan kembali Mata yang melihatmu sebagai anak yang tak pernah besar, dulu, kini, dan nanti Ia rindu akan hadirmu Kau bahkan lupa kapan terakhir kali membuatnya menangis—menangis karena bahagia olehmu Terima kasih Sudan mampir! Love, Octa❤

Tempat Berpulang

Keluarga—bagaimanapun kau menyebut mereka Adalah tempatmu pulang setelah seharian bermain dan berlarian Adalah tempatmu mengadu saat kau menangis kesakitan Adalah tempatmu bercerita kala kau merasa dunia tak adil memberimu ujian Adalah tempatmu mengumpulkan tawa ketika bahagia datang berkejaran Adalah tempatmu tumbuh besar dan merasakan kasih sayang yang sehebat apa pun sulit kauberi balasan Adalah rumah yang senyaman apa pun persinggahanmu di luar sana tak bisa ada yang menggantikan Adalah harta terbesar yang kemana pun kau berkelana tak akan pernah kau mudah dapatkan Tempat yang kau bangun di antara mereka, adalah tempat yang haus akan sosokmu. Tiap-tiap dindingnya berisi teriakan-teriakan yang setiap malam merindukan dengkuranmu. Ruangannya berisi harummu tak lekang waktu, yang diam-diam mengendap di dadamu. Jendelanya kumuh menandakan semakin berganti tahun, semakin berkurang pula kehadirmu. Perapiannya mati tak tersentuh, menggigil menunggu hangatnya desir darahmu. P...

Ketika Cerita Bercerita

Alam adalah cerita tentangmu Seperti langit biru dan awan membentang. Kau diceritakan sebagai seorang pejuang yang berangan akan menang mengalahkan sang kehidupan. Namun yang kudengar, kau kehilangan harapan bahkan sebelum berperang. Gulungan awan menyaksikan patahan pedang yang terlempar jauh ke sisi pegunungan, kemudian ikut kau tanam dengan kesedihan, menghilang. Seperti burung yang terbang riang. Kau diceritakan sebagai pemilik suara merdu oleh seisi hutan, tapi yang kusaksikan kaulah si pemilik kantong-kantong kebohongan, terbang jauh melintasi pepohonan dengan nyanyian malang, kau berusaha terlihat senang sedang jauh di dalam, batinmu tak tenang. Parau suaramu menggema di rongga goa tua, menyanyikan betapa tidak adilnya kehidupan dengan menganggapmu terbang karena kau bebas. Yang benar adalah kau terbang karena kau harus tetap terbang. Patah-patah kepakan sayapmu lemah meminta belas kasihan Tuhan agar kau segera dituntun pulang. Seperti danau yang arusnya tenang. K...

Review Buku Josh&Aid by Lentera Langit

Lovable

We’re not always lovable.  Sometimes we’re too stressed that we tend to Shout, get uncontrollably angry,  Shut people out or disappear until we cool down  So appreciate the ones who love you even when you aren’t that lovable.  They’re not forced to accept you in such a state, yet they do, and they stay.  May we all have someone who loves us with all our moods. And if you do, you’re lucky. Terima kasih sudah mampir Love, Octa ❤

Hujan dan Kenangan

Hujan reda menyisakan genangan, manusia pergi menyisakan kenangan   ••• Apa sih hujan itu? Kenapa dia selalu disangkut-pautkan dengan kenangan, rebusan mie instan, atau parahnya lagi, janji-janji mantan? Hujan itu terbentuk karena—eits, saya nggak bakalan jelasin soal terbentuknya hujan, kenapa? Ya kan saya bukan guru ipa 😶 yo wes, lanjut~ Hujan, siapa yang nggak suka hujan? Kebanyakan manusia biasanya suka hujan, kecuali emak-emak yang baru nyuci, terus jemur pakaian. Ya jelas ngomel-ngomel lah, wong pakaian masih basah, dikasih air lagi, kapan keringnya, Markonah. Saya suka hujan, apalagi hujan di pagi hari, rasanya tenang sekali. Biasanya saya suka liatin hujan dari balik jendela, sambil sok-sokan galau merana, berkhayal sedang dalam video klip lagu putus cinta, berasa jadi orang tersedih di dunia. Tapi, itu dulu, sebelum hujan tumbuh menjadi bocah ribet yang sangat malas saya dekati, apalagi berurusan dengannya. Hujan sekarang jadi nggak asik, sebab dia sela...