Ada sebuah rak usang
Deritnya mengalahkan sayap jangkrik bergoyang
Bersandar di bawah naungan lampu remang
Di sekelilingnya cahaya seredup kunang-kunang
Tiap-tiap raknya berisi toples harapan yang kususun setiap malam jelang
Tumpukan tulisan tangan dari setiap angan yang kujaga dari rayap agar tak sobek, hilang, bernasip malang
Di sana tersimpan semua keluh-kesah kala hati kecil ini meminta pada semesta agar dipersatukan dengan Tuan pemilik segala kerinduan
Berharap suatu hari sakit tulang tangan menulis siang malam akan terganti dengan kenyataan
Mulai dari kisah malu-malu saat mendambakan Tuan sebening air danau bersanding denganku yang keruh bagai genangan air abu
Dan ketika berharap akan menghabiskan sisa waktu dengan pria gagah di singga sana, sedang aku hanya tumpukan debu
Lalu saat pipiku berubah menjadi merah jambu ketika membayangkan Tuan berbaju biru datang mencium keningku di depan istana dan aku sebagai Ratu
Saat dia menyanyikanku lagu sendu di taman bunga sepatu kala hati sedang sewarna langit biru
Atau ketika jari manisku bertemu dengan cincin zamrud bersamaan terucapnya janji Tuan dengan syahdu
Setiap hari hati kecil ini selalu berharap jauh
Pada tumpukan toples-toples rapuh
Terimakasih sudah mampir!
Love, Octa.
Komentar
Posting Komentar