Secangkir teh seduhanmu yang kita minum ketika jendela menangis oleh langit sendu
Teh hangat yang rasanya menjadi endapan di setiap tulang-belulangku
Manisnya khas yang beberapa waktu terakhir tumbuh menjadi rindu
Pekatnya membuat jera, tetapi ada keinginan menambah yang belakangan bagai rasa candu
Aku tahu selain teh, air dan gula—
Ada rasa yang lain hanya kutemukan di sana
Dalam sekali tegukan lidah langsung menyesap cinta
Cinta tulus yang rasanya berlomba-lomba memenangkan pujian ikhlas dari bibir setelah merasa
Cinta yang menemaniku melewati denting hujan beserta amarah langit tak lupa deru angin menusuk jiwa
Cinta yang mengajarkanku bahwa secangkir teh ternyata bisa menjadi alasan di balik senyum kita berdua
Cinta yang akan menemaniku sekarang hingga nanti di hari tua
Cinta yang kau masukkan, sungguh ... tak kutemukan di teh mana pun juga
Teh itu, bangaimanapun jika ia berasal dari tanganmu
Berisi pujian tentangku yang semanis madu
Berisi kata-katamu yang kadang sepekat abu
Berisi pelukmu yang dekapnya sehangat beledu
Perasaan perbeda setiap kali kukecap, bahkan walau hanya asapnya yang lewat di depan hidungku
Aku selalu menemukan hal baru
Kuharap setelah memilih bersama hingga mati
Seduhan tehmu tak akan berubah rasanya, sekarang dan sampai nanti
Bahkan setelah lidahku tak lagi berfungsi
Terimakasih sudah mampir!
Love, Octa!
Komentar
Posting Komentar