Kalau ada ujian lalu aku ditanyakan tentang pahlawan, tanpa pikir panjang kutuliskan nama Ibu dengan gancang. Bukankah Ayah yang harusnya menjadi pahlawan? Tanya mereka. Dia pergi, jawabku, tidak mati hanya saja sudah tidak ada lagi. Pergi atas pilihannya sendiri dan alasan yang tak pernah kuketahui hingga saat ini. Namanya masih jelas di ingatan, begitu juga dengan rupanya yang hanya kilasan di balik gambaran. Sosok yang sejak kecil kuketahui sebatas orang yang paling berjasa atas aku dan kelahiranku. Yang kemudian semakin tumbuh menjadi ratusan bahkan menyentuh ribuan pertanyaan. Tentang kenapa ia pergi, atas dasar apa ia meninggalkan ibu dan aku sendiri, siapa yang membuatnya melupakanku yang bahkan belum bisa memanggil namanya dengan fasih, apa dia jahat, apa dia pantas kubenci, apakah bisa dibenarkan jika aku marah pada orangtuaku sendiri. Dan banyak lagi pertanyaan yang kutampung sejak kecil—mungkin hingga kini. Rindu akan sosoknya tak perlu ditanya, tiap-tiap ma...
Hello, I'm Octa! Welcome to my blog. I write about the slice of my life, poetic poem, and some random stuff